02/11/15

WAJIB BACA !!! Selamat Jalan Istriku (Kisah Nyata menyentuh)


Tiba-tiba HP ku berdering, setelah menjawab salam suara diseberang telepon tampak panik “Ayah.. bunda mimisan nich.” Hmm.. kumaklumi kepanikan istriku saat itu karena belum pernah dia mengalami mimisan seperti ini.
 
Memang cuaca di bulan Agustus 2007 siang itu begitu teriknya. Aku pikir ini akibat cuaca yang terik itu. Kemudian aku sarankan dia untuk segera ke dokter. Beberapa hari kemudian istriku sakit pilek. Seperti biasanya kalau sakit ia hanya minum obat warung dan jarang sekali mau periksa ke dokter. “ oalah bunda…. ke dokter ajah kok takut,” ledekku, ku sorong pipi kenyalnya dengan ujung jari, ia merajuk bibirnya maju 2 centi, lucu melihatnya seperti itu.
Dua minggu berselang tapi pileknya belum juga hilang. Malah katanya ada yang terasa menyumbat di saluran hidungnya, rasanya tak nyaman dan susah bernafas. “Bun… besok kita ke Rumah Sakit ya! biar ayah ijin masuk siang,” rayuku agar ia mau ke Rumah sakit.
 

Keesokan harinya saya ajak ia ke RS. Bhakti Yudha Depok. Saat itu dokter THT bilang istriku alergi pada debu dan juga bulu-bulu binatang. Tapi sampai obatnya habis pileknya belum juga ada tanda-tanda kesembuhan.
Anehnya yang sering keluar lendir hanya hidung sebelah kiri saja. Bahkan istriku mulai susah bernafas melalui hidung, ia hanya bisa bernafas melalui mulut. Dan ketika saya membawanya periksa untuk kedua kalinya dokter menyarankan untuk rontgen. Namun dari hasil rontgen tidak terlihat adanya kelainan apapun di hidung istriku.
***
Tanggal 3 Nov 2007 …
Aku mengajaknya periksa ke RS Proklamasi Jakarta, karena menurut informasi di sini peralatanya lebih lengkap. Ternyata benar, dengan alat penyedot dokter mengeluarkan lendir dari dalam hidung istriku. Senang rasanya melihat ia dapat bernafas dengan lega. “Alhamdulillah…..”
Beberapa hari kemudian sumbatan itu kembali muncul. “Duh..bunda!” Kontrol kedua ke RS. Proklamasi masih saja dokter belum bisa menyampaikan penyakit apa yang dialami istriku ini.
Dokter memasukkan kapas basah ke hidung istriku (ternyata itu adalah bius lokal), beberapa saat kemudian sebuah gunting kecil dimasukkan kedalam hidung dan.. “krek” potongan daging kecil diambil. Belakangan baru aku tau tindakan inilah yang dinamakan biopsi. Tak ada yang disampaikan kepada kami. Dokter menyarankan dilakukan CT Scan. Kemudian kami menuju ke RSCM untuk CT Scan.
Keesokan harinya hasil CT Scan aku bawa kembali ke Dokter RS Proklamasi. Setelah melihat hasil Scan, Dokterpun menyampaikan hasilnya dan juga hasil biopsi dari laboratorium.
“ini ibu positif,” kata dokter sambil menunjukkan foto CT Scan. Nampak ada sebuah massa diantara belakang hidung dan tenggorokan istriku. Cukup besar seukuran kepalan tangan. Aku masih belum mengerti maksud kata-kata nya dan memang sama sekali tak ada pikiran yang aneh aku coba bertanya, “maksudnya apa dok?”
“ibu positif kanker!”
Dek.. seolah detak jantungku berhenti “KANKER…Dok?”
Tiba-tiba mataku jadi gelap, sebuah beban berat serasa menindih badanku. Aku diam dan tak bisa berkata apa-apa, lama aku terdiam.
“Kanker..?” tanyaku,
tapi kalimat itu tak mampu terucap hanya bersarang di kepalaku. Sebuah penyakit yang selama ini hanya aku kenal lewat informasi dan berita-berita, kini penyakit itupun menghampiri orang terdekatku orang yang paling aku sayangi. Penyakit yang menakutkan itu menyerang istriku.
Kutatap wajah cantik istriku yang dibalut jilbab favoritnya, tenang.. teduh… tak ada ekspresi apa-apa aku makin bingung.
“duhh…bunda apa yang ada dalam fikiranmu bunda…”
“Sekarang bapak ke RSCM ke bagian Radiologi kita harus bertindak cepat,”
tiba-tiba aku tersadar. Segera kuambil surat pengantar dokter dan menuju RSCM.
Sungguh tak pernah terpikirkan sedikitpun sebelumnya, kini kami berada dalam deretan orang-orang penderita kanker di ruang tunggu spesialis Radiologi ini. Aroma kecemasan bahkan keputus asaan tergambar di wajah mereka. Sebenarnya ini juga saya rasakan, tapi saya harus menyembunyikan raut ini di hadapan istriku. Aku harus tetap menyuguhkan energi penyemangat padanya.
Dihadapan dokter Radiologi aku bertanya, “sebenarnya istriku kena kanker apa dok?”
“kanker nasofaring.” jawab dokter singkat.
Ya Allah….kanker apa lagi ini? Istilahnya saja aneh bagiku. Kenapa harus istriku yang mengalaminya?
“Tapi Insya Allah masih bisa disembuhkan dengan pengobatan sinar radiasi dan kemoterapy,” dokter mencoba menangkap kegalauan diwajahku.
“Nanti ibu harus menjalani pengobatan radiasi selama 25 kali.”
Terbayang beratnya derita dan kelelahan yang harus dialami istriku. Belum lagi dengan kombinasi pengobatan kemoterapy yang melemahkan fisik. Keluar dari ruang radiologi seolah semuanya jadi gelap, rasanya aku tak kuat menahan segala beban ini. Segera aku sms family dan teman-teman dekatku, aku kabarkan keadaan istriku dan kumintakan do’a dari mereka. Tak terasa bulir-bulir bening air mata bermunculan disudut mataku.
“Ayah kenapa? nangis yach..?” dengan polos pertanyaan itu keluar dari bibir istriku.
“iya, ayah sayaaang…. sama bunda,” suaraku gemetar.
Ku usap lembut kepala istriku. Ku tepis perlahan tangannya yang mencoba mengusap air mataku, ku gengggam kuat jari-jari lemahnya. Hatiku berbisik “kenapa tak ada kesedihan diwajahmu bunda? apakah bunda ga tau penyakit ini begitu berbahaya? Atau Allah telah memberitahukan ini semua kepadamu?”
“Bunda biasa ajah koq..” Jawabanya malah makin membuatku tak bisa bernafas, air mataku akhirnya jatuh juga.
Kususuri lorong-lorong RSCM dengan langkah lemas tak bertenaga seolah aku melayang, tulang-tulang terasa tak mampu menyangga badanku yang kecil ini.
Tanggal 5 Desember 2007 …
Mulai hari itu istriku harus dirawat inap di RS. Proklamasi. Semua persiapanpun dilakukan mulai dari USG, Bond Scan dll. Hasilnya rahim masih bersih dan tulangpun normal artinya kankernya belum mejalar ke bagian lain, Alhamdulillah…sempat kuucap kata syukur itu.
Tanggal 8 Desember 2007 …
Hari ke empat. Sore itu aku dipanggil ke ruang Dokter Sugiono yang akan melakukan Kemoterapy. Dikatakan bahwa kanker istriku stadium 2A dan Insya Allah masih bisa diobati. Istrikupun siap untuk menjalani pengobatan dengan kemoterapy. Kemudian kami minta ijin ke Dokter untuk diperbolehkan pulang sambil mempersiapkan segala sesuatunya.
Malam hari ketika kami di rumah, kami minta pendapat dari pihak keluarga tentang pengobatan yang akan kami lakukan. Dengan berbagai pertimbangan dan alasan pihak keluarga menyarankan agar kami tidak menempuh jalan kemo dan radiasi. Kami disarankan untuk menjalani pengobatan dengan cara alternatif dan pengobatan herbal.
Akhirnya sejak saat itu kami melakukan ikhtiar pegobatan dengan cara alternatif dan minum obat-obat herbal. Karena saat itu istriku sudah susah untuk menelan maka obat herbal yang diberikan tidak berupa kapsul, melainkan berupa rebusan. Setiap hari istriku harus minum ramuan dan rebusan obat-obat herbal yang baunya sangat menyengat. Tapi aku lihat ia dengan telaten dan sabar rutin minum semua obat-obatan itu.
Semangatnya untuk sembuh begitu besar. Doa pun tiada henti kupanjatkan siang dan malam. Dan malam-malamku selalu ku habiskan dengan tahajud dan hajat. Aku mulai rajin mencari semua informasi yang berhubungan dengan kanker nasofaring, mulai dari makanan, cara pengobatan, bahkan alamat klinik pengobatan alternatif. Semua informasi aku cari melalui internet, koran dan dari rekan-rekan kerja.
Tiga bulan pengobatan, tapi Allah sepertinya belum memberi jalan kesembuhan dengan cara ini, akhirnya obat herbal aku tinggalkan. Bahkan pengobatan alternatif sudah aku tinggalkan sejak 1 bulan pertama karena aku ragu. Beberapa keluarga istri mulai putus asa. Malah ada yang beranggapan penyakit ini adalah kiriman dari orang. Tapi aku bantah semuanya,sempat ada pertentangan di antara kami. Aku yakinkan istriku bahwa ini adalah memang ujian dari Allah,
“Bun..semuanya atas kehendak Allah, bahkan jauh sebelum kita lahir sudah tertulis takdir ini, usia segini bunda sakit, berobat kesini-sini itu semua sudah ada dalam catatan Allah bun. Yang penting sekarang kita jangan lelah berihtiar dan bunda tetep harus semangat untuk sembuh.” Ia mengangguk perlahan.
Berat badan istriku mulai turun drastis karena tak ada asupan makanan, sebelum sakit beratnya 53 Kg kini tinggal 36 Kg. Kondisinya makin parah dan puncaknya ketika aku lihat mata kirinya sudah tak focus. Cara ia melihat seperti orang juling. Menurut Dokter herbal yang menangani istriku inilah rangkaian perjalanan kanker tersebut yang lama kelamaan akan menyerang otak. Dokter menganjurkan untuk segera dibawa ke rumah sakit.
Tanggal 26 Maret 2008 …
Akhirnya aku kembali membawanya ke Rumah Sakit. Kali ini aku membawanya ke RS. Husni Thamrin. Istriku ditangani oleh team yang terdiri Dokter THT, Dokter Internis dan Dokter spesialis ahli kemoterapy, Kebetulan Dokter Sugiono ahli kemoterapy yang dulu merawat istriku di RS. Proklamasi juga praktek di sini. Dan kini Dokter sugiyono kembali menangani istriku.
Sore itu Dokter memanggilku ke ruangannya. Dokter menjelaskan stadium kanker istriku sudah menjadi 4C, dan kankernya sudah mulai menggerogoti tulang tengkorak penyangga otak. Melihat hasil CT Scan nya aku merinding, terlihat jelas tulang-tulang tengkorak itu keropos layaknya daun termakan ulat. Aku ingin menjerit, “Ya Allah… begitu berat cobaan ini Kau timpakan pada kami”
“Ma’afkan ayah bun, ayah tak mampu menjaga bunda…!”
Yang lebih mengagetkan ketika dokter mengatakan, “kita hanya bisa memperlambat pertumbuhan kankernya bukan mengobati.” Seolah hitungan mundur kematian itu dimulai. Aku limbung dan hampir taksadarkan diri, sekuat tenaga aku mencoba untuk tetap tegar. Dengan dipapah adik aku keluar dari ruang dokter. Segera aku menuju Mushola kuambil air wudhu dan kujalankan sholat. Entah sholat apa yang kujalankan ini.
“Aku ingin ketenangan aku butuh pertolonganMu ya Robb. Kutumpahkan segala permohonan ini dihadapanMu yaa Allah. Bisa saja dokter memfonis dengan analisanya, tapi Engkaulah yang maha kuasa atas segala sesuatunya. Engkau maha menggenggam semua takdir, sakit ini dariMu ya Allah dan padaMU juga aku mohon obat dan kesembuhannya.”
Segala ikhtiar dan do’a tiada lelah kulakukan tuk kesembuhan istriku. Malam-malamku kulalui dengan sujud panjang disamping bangsal rumah sakit. Kubenamkan wajahku diatas sajadah lebih dalam lagi, tiba-tiba aku merasa tak mimiliki kekuatan apapun, aku berada dalam kepasrahan dan penghambaan yang lemah.
“Robb…Engkau maha mengetahui, betapa segala ihtiar telah kami lakukan. Tiada menyerah kami melawan penyakit ini, kini aku serahkan segalanya padaMu, tidak ada kekuatan yang sanggup mengalahkan kekuatannMu yaa…Robb, Tunjukkan pertolonganMu, beri kesembuhan pada istriku Ya..Allah.”
Saat itu istriku masih bisa bicara meski dengan suara kurang jelas. Karena tenggorokannya pun sudah menyempit tersumbat kanker, ia sangat kesulitan dalam bernafas. Untuk mengantisipasi agar tidak tersumbat saluran nafasnya, dokter menyarankan agar dipasang ventilator dileher istriku. Akupun menyetujuinya meskipun aku tak tega, tapi ini resiko terkecil yang bisa diambil.
Istriku pasrah, dia minta aku menemaninya ke ruang operasi. Aku sangat mengerti ia sangat takut dengan peralatan medis di ruang operasi. Kemudian aku mendampinginya kedalam ruang operasi untuk pemasangan Ventilator. Aku melihat dengan jelas leher istriku disayat kemudian dimasukkan alat bantu pernafasan itu. “Sebenarnya aku tak tega melihatmu seperti ini bunda, tapi inilah yang terbaik untukmu saat ini.”
Selesai pemasangan ventilator bicaranya sudah tak bersuara lagi. Sejak saat itu praktis komunikasi kami hanya dengan isyarat atau terkadang istriku menulisnya pada lembar-lembar catatan kecil yang sengaja aku siapkan. Tentu saja hal ini terasa capek baginya. Namun sekali lagi ia terlihat tegar tak pernah aku mendengar ia mengeluh. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan akupun menyetujui untuk dilakukan kemoterapy terhadap istriku
Tanggal 6 April 2008 …
Kira-kira jam 12 siang kemo tahap pertama dilakukan. Dengan perasaan tak menentu aku melihat dokter meracik obat dengan perlengkapan pengaman yang lengkap. Karena menurut dokter obat ini memang keras.
“Ya Allah beri kekuatan pada istriku…!” Beri kesembuhan melalui ihtiar obat ini ya Allah..!”
Sepanjang proses pengobatan tak hentinya kupanjatkan do’a dan dzikir dibantu dengan beberapa anggota keluarga. Menurut Dokter kemo ini dilakukan dalam 3 sampai 5 tahap. Satu tahapan kemo memakan waktu 5 hari kemudian jeda 3 minggu untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Hari kedua setelah kemo kurang lebih jam 9 malam, istriku mulai merasa mual dan muntah. Hari ketiga jam 12 malam mulai keluar mimisan dengan darah hitam mengental. Hari ke empat jam 8 pagi ketika saya memandikan dan membersihkan mulutnya yang terus menerus mengeluarkan lendir, terdapat lendir bercampur darah hitam pekat dan mengental.
Menurut dokter ini adalah tanda kankernya sudah mulai hancur. Malam harinya istriku tidur sangat nyenyak dan tidak banyak batuk berdahak seperti hari-hari sebelumnya. Alhamdulillah kemo tahap pertama selesai. Dokter bilang jika kondisi istriku membaik maka tiga hari lagi boleh pulang. Terlihat wajah cerah istriku ketika mendengar kabar ini. “nanti kalo pulang mau kemana bun.. ke Sawangan apa ke Kebayoran (rumah ibunya)?”
“ke Sawangan aja rumah kita sendiri,” jawabnya melalui secarik kertas.
Namun ternyata dua hari kemudian ia mengalami diare yang hebat ini adalah efek samping dari obat kemo, sehingga kondisinya kembali lemas. Rencana pulangpun harus ditunda menunggu kondisinya membaik. Tetapi makin hari kondisi istriku makin drop. Hingga menjelang kemo tahap kedua malah albumin dalam darahnya menurun.
Selama dirawat istriku meminta agar saya sendiri yang memandikannya, bahkan aku juga yang membersihkan kotorannya. Semuanya saya kerjakan dengan telaten karena aku merasa sekarang saatnya untuk membalas semua kebaikan yang telah dilakukannya kepadaku selama ini. Ketika istriku sehat dialah yang selalu merawatku, menemaniku dan selalu menyiapkan semua kebutuhanku.
Selama hampir satu bulan di Rumah Sakit kami merasa menemukan keluarga baru. Keakraban terjalin antara kami dengan team dokter, dengan para suster bahkan juga dengan cleaning service yang tiap hari membersihkan kamar istriku. Saya merasa senang ketika suatu hari istriku dapat tertawa riang bercanda dengan para suster meski tawanya tanpa suara.
Minggu, 4 Mei 2008 …
Kemo tahap ke 2 dilakukan. Sepertinya Allah benar-benar menguji kesabaranku. Ketika hendak dilakukan kemo, tabung infus 1000cc yang digunakan untuk campuran obat kemo ternyata tidak ada. Rumah sakit kehabisan stock, dan ini adalah sebuah kecorobohan yang mestinya tidak terjadi.
Karena tentunya pihak rumah sakit telah mengetahui jadwal pelaksaan kemo ini. Dokterpun marah. Kemudian Dokter menyarankan saya untuk segera membeli sendiri tabung infus di tempat lain. Tujuan saya adalah RSCM sebagai Rumah sakit terdekat, namun jika menuju RSCM menggunakan kendaraan akan memakan waktu lama karena jalannya memutar. Sayapun berlari ditengah terik matahari pukul 12 siang menuju RSCM. Namun disanapun tidak tersedia, kemudian saya berlari lagi menuju RS Sant Carolus, di sinipun nihil.
Begitu juga ketika saya ke Apotik melawai tak bisa mendapatkannya. Akhirnya saya mendapatkan tabung infus tersebut di Apotik Titimurni RS. Kramat. Akhirnya kemo tahap ke 2 pun dapat dilakukan.
Senin, 5 Mei 2008 …
Hari ini Dinda anak kami yang kecil ulang tahun ke 4. Perhatian dan kecintaan istriku pada anaknya tak pernah berkurang. Dibatas ketidak berdayaannya dia menuliskan sesuatu, “Ayah jangan lupa beliin hadiah buat Dinda, ayah beliin jaket nanti bunda titip mukena, kasihan mukena dede sudah jelek. Bilang ke dede ini mukena dari bunda.”
Atas permintaan istriku siang itu sebagai tanda syukur kami memotong 2 buah kue ulang tahun yang salah satunya untuk dibagikan ke suster-suster yang jaga. Kemudian istriku minta dibantu turun dari tempat tidur, katanya ingin duduk bareng deket Dinda. Ia mencoba memberikan senyum bahagia pada Dinda dan menyembunyikan rasa sakitnya. Sementara Dinda nampak bahagia dipangku bundanya, mungkin ia mengira bundanya hanya sakit biasa saja. Lagu “selamat ulang tahun” yang kami nyanyikan terdengar getir di telingaku. Terasa pilu aku menatap mereka.
Selasa, 13 Mei 2008 …
Biasanya jika istriku menginginkan sesuatu ia akan membangunkan saya dengan mengetuk besi tempat tidurnya. Namun malam itu saya merasa sangat ngantuk dan lelah, saya menulis pesan pada istriku, “bun..nanti kalo perlu apa-apa panggil suster aja ya! Ayah ngatuk dan cape, jangan bangunin ayah ya!” Dengan isyarat lemah ia mengiyakan permintaanku, ia mengusap tanganku kemudian menuliskan sesuatu “ayah tidur aja gapapa kok, bunda juga mau istirahat.”
Rabu, 14 Mei 2008 …
Entah mengapa pagi ini aku sangat ingin merawatnya. Ketika ia kembali diserang diare berkali-kali yang sangat hebat aku sendiri yang membersihkan semuanya. Kemudian memandikannya dan mengganti pakaiannya. Pagi itu aku minta Lia anak sulung kami yang masih duduk di kelas 5 SD untuk menjaga bundanya, sebelum kemudian aku tinggal berangkat kerja.
Siang pukul 11 Lia menelpon “Ayah, bunda pingsan nafasnya cepet banget.” Aku kaget dan sangat khawatir. Selang 15 menit Lia sms “bunda sekarang ada di ruang ICU”. Astaghfirullah haladziim… apa yang terjadi pada istriku. Segera aku minta izin meninggalkan kantor. Di Rumah Sakit aku dapati Lia menangis sesegukan tak berhenti. “bunda yah… tolongin bunda yahh….!”
Kuhampiri istriku yang tergolek taksadarkan diri. Perawat memasang semua peralatan pada tubuh istriku, entah alat apa saja ini. Kuusap perlahan keningnya, dingin sekali. Tangan dan kakinyapun sangat dingin. Hingga menjelang maghrib aku tak beranjak dari sampingnya. Tak hentinya mulut ini memanjatkan doa. Sementara di luar ruang ICU sudah banyak kerabat berdatangan.
Tekanan darahnya sangat rendah dibawah 70. Dokter memberikan obat penguat tekanan darah dengan dosis tinggi. Tekanan darahnya sempat naik namun masih dikisaran 75-80, sangat rendah. Berkali-kali dokter menyuntikkan obat perangsang namun hasilnya tetap sama tak berubah. Dokter memanggilku, perasaanku gelisah tak menentu, campur aduk antara cemas, bimbang dan ketakutan yang amat sangat. Dugaanku benar Dokterpun menyerah.
Melihat kondisinya yang terus menurun ia menyarankan agar semua alat bantu dilepas saja. “maksudnya dok..?” aku menodong penjelasan. “secara medis kondisi ibu sudah tidak dapat ditolong lagi, lebih baik kita do’akan saja.” Aku benar-benar lemas mendengarnya seluruh badanku gemetar merinding “benarkah tak ada lagi harapan.” Tiba-tiba aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Aku tak mau menyerah, aku meminta agar semua alat bantu itu tetap terpasang pada tubuh istriku, sambil menunggu keputusan team dokter besok pagi.
“Aku tak mau kehilanganmu bunda.” Ku pegang kuat jemarinya, “buka matamu bunda sebentar saja, ayah ingin menatap mata bening bunda untuk terakhir kalinya,” kubisikan lembut ditelinganya.
Pukul 22, aku disodori surat pernyataan, tak sempat aku baca, kata suster ini adalah Surat persetujuan untuk melepas semua alat bantu dari tubuh istriku. “Tak sanggup aku melakukan ini bun, aku ingin tetap menatap wajahmu, aku ingin tetap mendampingimu meski dalam ketidakberdayaanmu.”
Akhirnya adikku yang menandatanganinya. Aku tak ingin selalu dihinggapi rasa bersalah jika menandatangani surat itu. Kemudian semua alat bantu dilepas dari tubuh istriku, tinggal tersisa alat pendeteksi detak jantung.
“Bun…..inilah yang terbaik yang diberikan Allah buat kita, maafkan ayah bun ayah tak bisa menjaga bunda. Ayah ikhlas bunda pergi, ayah terima semua dengan ihklas bun.. Jangan khawatir bun, ayah akan menjaga dan merawat anak-anak kita,” kubisikan lirih ditelinga istriku.
Kutemui Lia yang menunggu diluar ruang ICU, kubelai rambutnya penuh sayang. Ia menangis keras sejadi-jadinya, mungkin ia paham apa yang kumaksudkan. “Bundaa….. Lia ga mau kehilangan bunda, jangan tinggalin lia bundaa..!!” Tangisnya memekik, merebut perhatian semua orang diruang tunggu ICU ini. Semua mata menatap kami tapi mereka diam seolah mahfum dengan keadaan kami.
Dalam setiap rangkaian doaku tak pernah aku mengucapkan kata-kata menyerah “kalo memang hendak Engkau ambil maka mudahkan,” tak pernah aku menyebut kata-kata itu. Aku selalu minta kesembuhan, kesembuhan karena aku memang menginginkan istriku benar-benar sembuh.
Sepertinya kini aku harus menyerah dan pasrah “Ya.. Robb jika memang Engkau menentukan jalan lain aku ikhlas ya Allah…., mudahkan jalan istriku untuk menghadapmu dengan khusnul khootimah.”
Menurut suster dalam kondisi seperti ini pasien masih bisa mendengar. Kubimbing istriku menyebut kalimat “LAAILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR ROSULULLAH..” perlahan aku membimbingnya. Rasanya aku mengerti betul setiap helaan nafasnya, raga kami bagai menyatu. Kuulang hingga berkali-kali dengan helaan nafas yang terirama pelan. Dua bulir bening tersembul dari sudut matanya. Aku merasakan ia sanggup mengikuti kalimat ini, terimakasih ya Allah..!
Kamis, 15 Mei 2008 …
Aku terbangun ketika tiba-tiba seorang suster memanggil “Keluarga ibu Siti Nurhayati..!” Aku bergegas masuk ke ruang ICU, jam menunjuk Pukul 05.05, masih pagi dengan hawa dingin yang menyusup tulang. “Ma’af pak, ibu sudah tidak ada.” ujar suster tadi singkat. Meski aku tau maksudnya tapi aku masih tak percaya. Kutengok layar monitor yang terhubung ketubuh istriku. Tak ada lagi yang bergerak disana.
Bagai tersambar petir, kudekap tubuh lemas istriku. Bibirnya menoreh segaris senyum. “INNA LILLAAHI WAINNA ILAIHI ROOJIUUN.” Aku lunglai terduduk disampingnya tapi tak ada lagi air mata yang keluar. “Bun, Ayah ikhlas melepas bunda, Allah telah memilihkan jalan terbaik buat kita.”
Selamat Jalan Istriku…… jemput aku dan anak-anak nanti di pintu SurgaNya.
Semoga bermanfaat bagi yang membacanya ….
Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat …
… Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci …





Sumber : gudanginfo.net
Read more ...

INILAH... Rahasia Besar Seorang Ayah yang Tidak Diketahui Anak Sedunia


Tanpa perlu membanding-bandingkan keutamaan ayah dan ibu, kita perlu memberikan sedikit perhatian atas apa yang telah kita dapatkan dari sang ayah yang bekerja tanpa lelah untuk melihat kita menggapai kesuksesan.

Dalam Agama, Ulama telah banyak menjelaskan tentang keutamaan antara seorang Ayah meupun ibu, dimana peran ibu tiga kali lebih mulia dari Ayah. Ibu memang lebih dimuliakan, namun bukan berarti kita melupakan perjuangan sang ayah. Terima kasih ayah!

Kisah rahasia seorang ayah

Bahkan hal ini diperkuat oleh Firman Allah SWT dalam Al Qur’an :
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15)
Namun, banyak yang tidak mengetahui kelebihan seorang Ayah yang sering di rahasiakan sang Ayah kepada anaknya, untuk lebih jelasnya simak kisah kutipan berikut, sebuah kisah tentang perjuangan seorng ayah :
Mungkin ibu lebih kerap menelpon untuk menanyakan keadaanku setiap hari, tapi apakah aku tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk meneleponku? Semasa kecil, ibukulah yang lebih sering menggendongku. Tapi apakah aku tau bahwa ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu menanyakan apa yang aku lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung kepadaku karena saking letihnya mencari nafkah dan melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku.
Saat aku sakit demam, ayah membentakku “Sudah diberitahu, Jangan minum es!” Lantas aku merengut menjauhi ayahku dan menangis didepan ibu.
Tapi apakah aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitanku.
Ketika aku remaja, aku meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh! ”Sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin menjaga aku, beliau lebih tahu dunia luar, dibandingkan aku bahkan ibuku?
Karena bagi ayah, aku adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat aku sudah dipercayai olehnya, ayah pun melonggarkan peraturannya.
Maka kadang aku melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu aku diruang tamu dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibu untuk mengontak beberapa temannya untuk menanyakan keadaanku, ”dimana, dan sedang apa aku diluar sana.”
Setelah aku dewasa, walau ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah aku, bahwa ayahlah yang berkata: Ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama.
Disaat aku merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, kemana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam.
Saat aku berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukku. Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ”anakku sekarang sukses.” Walau kadang aku cuma bisa membelikan baju koko itu pun cuma setahun sekali. Ayah akan tersenyum dengan bangga.
Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibu, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya. Sampai ketika nanti aku menemukan jodohku, ayahku akan sangat berhati – hati mengizinkannya.
Dan akhirnya, saat ayah melihatku duduk diatas pelaminan bersama pasanganku, ayahpun tersenyum bahagia. Lantas pernahkah aku memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis? Ayah menangis karena ayah sangat bahagia. Dan beliau pun berdoa, “Ya Alloh, tugasku telah selesai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya.
”Pesan ibu ke anak untuk seorang Ayah”
Anakku..
Memang ayah tidak mengandungmu, tapi darahnya mengalir di darahmu, namanya melekat dinamamu … Memang ayah tak melahirkanmu, Memang ayah tak menyusuimu, tapi dari keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air susumu …
Nak..
Ayah memang tak menjagaimu setiap saat, tapi tahukah kau dalam do’anya selalu ada namamu disebutnya … Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar karena dia ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengannya dan dadanya ketika kau merasa tak aman…
Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaanya dia takut tak sanggup melepaskanmu… Dia ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri..
Bunda hanya ingin kau tahu nak.. bahwa… Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda.. Anakku… Jadi didirinya juga terdapat surga bagimu… Maka hormati dan sayangi ayahmu.
Terima Kasih Ayah
Bagikan tulisan sederhana kepada semua temanmu, agar kita semua tahu rahasia besar seorang ayah.



Sumber : gudanginfo.net
Read more ...
24/09/15

Permainan Horror Yang Bisa Kamu Mainin Kalo Kamu Berani


Pernah mainin ritual horror gak pas masih sekolah? Kehidupan mistis memang dekat dengan orang Indonesia. Bahkan, kebiasaan unik ini udah dimulai sedari kecil. Kalau kamu termasuk orang yang nekat, pastilah beberapa permainan ini akan membangkitkan kenangan masa sekolah. Dimana sesuatu yang horror sangat dekat denganmu. Permainan horror bukan cuma ada di film loh. Jika kamu ingin kembali merasakan sesuatu yang horror, silahkan aja dicoba permainan-permainan ini:

1. The Three Kings

Ingin berkomunikasi dengan makhluk dari alam lain? Kamu bisa mencoba (atau sebaiknya jangan mencoba sih) ritual Three Kings. Memang kemungkinan bisa berhasil sedikit, tapi ketika kamu berhasil, kamu bisa mendapatkan penerawangan masa depanmu.
Pemain:
  • Kamu
  • Teman kamu
Catatan: Jangan coba main game ini kalo secara mental, emosional dan spiritual gak stabil. Sebaiknya jangan mengkonsumsi alkohol dalam jarak 3 atau lima hari sebelum.
Hal-Hal Yang Dibutuhkan:
  • 1 ruangan kosong, sepi dan gede. Kalo bisa jangan berjendela. Kalo pun ada jendela tutupi dengan kain, selimut atau apapun. Lokasi ideal: Basement.
  • 1 pak lilin
  • 1 pemantik api
  • 1 bak air
  • 1 gelas
  • 1 kipas angin elektrik
  • 2 kaca gede
  • 3 bangku
  • 1 alarm berbentuk jam
  • 1 handphone yang baterenya penuh
  • 1 barang kecil yang sangat berarti bagimu (cincin, pen atau semacamnya).
Cara Bermain:
Persiapan:
  1. Mulai dari jam 11 malam. Jangan memulainya kalau temen kamu belum dateng atau temen kamu belum ngerti peran yang harus dilakukan. Partner kamu harus menunggumu selama ritual dimainkan.
  2. Taruh salah satu bangku ke arah utara di ruang gelap yang kamu pilih. Kursi ini akan jadi 'takhta kamu'. Dua bangku lagi taruh di sisi kanan dan kiri takhta kamu, dengan arah menghadap ke kursi pertama. Jaraknya usahakan se-lengan. Kursi ini akan jadi kursi ratu dan kursi pembantu kamu.
  3. Pasang salah satu kaca yang kamu miliki ke arah ratu dan satu lagi ke arah pembantu kamu. Kaca ini harus berada di belakang kursi dan menghadap ke arahmu. Kamu harus bisa melihat dirimu sendiri dari kaca ini. Kamu gak boleh menoleh atau menggerakkan mata selama ritual.
  4. Satu bak air dan gelas taruh di depanmu.
  5. Pasang kipas angin di belakang takhta kamu. Atur derasnya medium atau rendah dan hidupkan.
  6. Tinggalkan ruangan tersebut, tapi biarkan pintu terbuka.
  7. Sekarang kamu pindah ke ruangan lain. Pasang lilin, pemantik, jam yang udah diatur dengan alarm dan handphone di sampingmu. Pastikan hape kamu sudah penuh baterainya dan pasang alarm kamu untuk jam 3.30 pagi.
  8. Matikan lampu, pegang barang berhargamu (fungsinya untuk menambah kekuatan, dan tidurlah.
Ritual Dimulai:
  1. Bangunlah jam 3:30 pagi. Matikan alarm, tapi jangan hidupkan lampu. Tetap pegang barang berhargamu, ambil hapemu, hidupkan lilin dan kembalilah ke ruangan gelap tadi. Kamu mesti duduk di takhtamu tepat jam 3:33 pagi.
  2. Jangan melanjutkan jika ini terjadi:
    • Handphone kamu tidak terisi penuh;
    • Alarm kamu gak tepat membangunkanmu di jam 3:30 pagi;
    • Kamu ke ruangan gelap dan pintunya ditutup;
    • Kamu masuk ke ruangan gelap tapi kipas anginnya mati;
    • Kamu gak duduk di takhtamu tepat jam 3:33.
    Jika hal-hal di atas terjadi, tinggalkan rumah itu kosong dan kembali lagi jam 6 pagi.
  3. Kalau hal di atas gak terjadi, langsung duduk takhtamu tapi jangan melihat ke kaca dan jangan sampe lilin mati.
  4. Jaga matamu tetap fokus dari kegelapan di depanmu. Jangan sampe ngelihat ke kaca dan jangan ngelihat ke lilin. Sekarang, kamu bisa memulai nanya sesuatu. Kamu mungkin gak langsung mendapat respon, tapi kalau iya, responmu akan datang dari salah satu kaca. Jangan lihat ke arah kaca. Jawaban akan terdengar jelas di telingamu, tapi kamu tak tahu siapa yang akan menjawabnya, ratu atau pembantu.
  5. Tetap terjaga di takhta sampai 4:34 pagi.
Akhir:
  1. Ketika jam 4:34, teman kamu harus manggil nama kamu untuk mengakhiri permainan.
  2. Kalau gak bisa, teman kamu harus nelpon kamu.
  3. Kalau gagal juga, teman kamu harus masuk ke ruangan dan tanpa menyentuh kamu, harus mengambil bak air dan gelas untuk menyiram kamu.
Keamanan seputar permainan:
  • Kalau badanmu tiba-tiba bergerak dan kipas angin mematikan lilin, akhiri permainnya,
  • Kalau kamu tiba-tiba kehilangan arah, benda berhargamu akan menyelamatkanmu,
  • Jangan menyepelekan salah satu pantangan di atas,
  • Jangan tetap di rumah ketika pantangan dilanggar,
  • Jangan mencobanya kalo kamu gak percaya sama temanmu
Selamat mencoba.

2. Hitori Kakurenbo

Hitori Kakurenbo atau dengan nama lain Petak Umpet Jepang. Well, yang terakhir itu MBDC aja sih yang kasih nama. Disebut petak umpet karena konsepnya memang sama dengan yang pernah kamu mainin pas masih kecil, bedanya tentu adalah kamu main petak umpet dengan roh/hantu.
Pemain:
  • Kamu
Catatan: Mainkan permainan ini sendirian saja di rumah. Jangan sampai ada orang lain.
Hal-Hal Yang Dibutuhkan:
  • Sebuah boneka lengkap kaki, tangan dan kepalanya (bentuknya jangan manusia, semacam teddy bear kali ya),
  • Beras
  • Pensil Tajam
  • Air Garam
  • 1 Gelas
  • Benang Merah
Persiapan:
  1. Keluarkan isi kapas boneka dan ganti dengan beras,
  2. Beri satu tetes darahmu ke boneka tersebut,
  3. Jahit/lilit boneka tersebut dengan benang merah,
  4. Tunggu jam 2-3 pagi,
  5. Matikan lampu, kecuali lampu kamar mandi,
  6. Nyalakan semua tv di rumah ke saluran kosong
Ritual Dimulai:
  1. Pergi ke kamar mandi, bawa boneka yang sudah disiapkan tadi, ceburkan boneka ke gayung berisi air,
  2. Sebut (nama kamu) jaga, teddy yang ngumpet sebanyak 3 kali,
  3. Pindah ke ruangan lain, dan mulai berhitung kayak lagi main petak umpet, tutup mata hitung satu sampe sepuluh,
  4. Setelah itu pergi ke kamar mandi, bilang ke bonekanya: Teddy ketemu (sampai tiga kali) lalu tusuk badannya dengan pensil tajam,
  5. Sekarang gantian, bilang ke boneka - teddy yang jaga, (nama kamu) yang ngumpet, sampe 3 kali, ceburkan lagi boneka ke dalam air,
  6. Bersembunyi di tempat aman, bawa air garam dan segenggam garam,
  7. Mulai waspada, teguk air garam, gunanya jika sewaktu-waktu sesuatu terjadi, kamu bisa menggunakannya sebagai senjata (segenggam garam fungsinya juga sama),
  8. Akan ada suara-suara di sekeliling rumah, roh tersebut sedang mencarimu, tv yang menyala statis juga tiba-tiba berganti channel,
  9. Kalau udah bosen sembunyi, keluar dari persembunyian, teriak, aku menang 3 kali dan bakar bonekanya.

3. Lift Ke Dunia Lain

Pemain:
  • Kamu
Hal-hal yang dibutuhkan:
  • Gedung, dengan kapasitas 10 lantai, tentunya yang ada liftnya.
Instruksi:
  1. Masuki gedung yang kamu pilih dan masuklah ke lift yang ada di lantai satu sendirian. Jangan lanjutkan kalau ada orang lain di lift yang sama,
  2. Tekan tombol untuk ke lantai 4,
  3. Ketika sudah di lantai 4, jangan keluar. Tetap di lift dan pilihlah tombol ke lantai 2,
  4. Ketika sudah sampai di lantai 2, tetap di lift dan tekan tombol untuk ke lantai 6, 
  5. Ketika udah di lantai 6, tetap di lift dan tekan tombol untuk ke lantai 2,
  6. Ketika udah di lantai 2, tetap di lift dan tekan tombol ke lantai 10,
  7. Ketika udah di lantai 10, tetaplah di lift dan tekan tombol ke lantai 5,
  8. Ketika sudah sampai di lantai 5, ada cewek yang masuk ke lift. Jangan lihat atau berbicara sepatahkatapun dengannya,
  9. Tekan tombol ke lantai 1. Kalau liftnya malah mengarah ke lantai 10, kamu bisa melanjutkan. Kalau lift kembali ke lantai satu, keluar dari lift begitu pintu terbuka. Jangan lihat ke belakang. Jangan bicara.
  10. Jika kamu sudah di lanai 10, kamu bisa keluar atau tetap berada di lift itu. Kalau kamu pengen keluar di lantai itu, cewek yang masuk di lift lantai 5 tadi akan nanya kepadamu "Mau kemana sih?" Jangan bales pertanyaannya. Jangan lihat ke arahnya.
  11. Tanda kamu udah di dunia lain adalah kamu satu-satunya yang ada di ruangan itu.
Cara kembali:
Kalau kamu memilih tetap di lift:
  1. Tekan tombol kembali ke lantai 1, tekan terus sampai berfungsi kembali,
  2. Ketika lift udah sampe di lantai 1, langsung keluar, jangan bicara, jangan ngelihat ke belakang.
Kalau kamu memilih untuk keluar dari lift di lantai 10:
  1. Kamu harus mengambil lift yang sama untuk balik,
  2. Ketika masuk ke lift, kamu harus menekan tombol dengan ururtan yang sama dengan langkah nomer 2 sampai 8. Kamu harus berhenti di lantai 5,
  3. Pas udah nyampe di lantai 5, tekan tombol ke lantai satu. Lift akan bergerak lagi ke lantai 10. Tekan tombol lantai lainnya untuk menahan laju lift. Pokoknya kamu harus berhasil menggagalkan lift ke lantai 10,
  4. Pas udah nyampe di lantai satu, periksa lagi daerah sekitarmu keluar. Kalau ada sesuatu yang aneh, jangan keluar dari lift. Kalau ada yang salah, ulangi langkah 2 sampai terakhir, sampai kamu bener-bener yakin kamu udah balik ke dunia nyata.
Catatan Tambahan:
  • Ketika udah nyampe di dunia lain, lantai yang kamu masukin hampir mirip dengan dunia nyata, tapi bedanya adalah semua cahaya mati dan satu-satunya yang bisa kamu lihat di jendela adalah salib merah dari kejauhan;
  • Beberapa orang bilang hape, kamera, mp3 player gak bisa dipake, ada juga yang bilang bisa,
  • Kalo kamu pengen balik, caranya kedengeran gampang tapi sebenermnya agak susah. Kamu mungkin aja lupa urutannya. Tetap fokus,
  • Kalau pas ngejalanin kamu pingsan atau hilang kesadaran, kamu bakal bangun di rumahmu sendiri, tapi mungkin aja rumah yang kamu tempati bukanlah rumah kamu sebenernya.
Tentang cewek di lantai 5:
Jangan bicara atau melihatnya. Sesuatu yang buruk bisa terjadi padamu.
Gimana? Pada berani gak maininnya? Gak yakin semua yang di atas beneran? Coba aja sendiri. Tar laporin sama MBDC ya. Tapi, kalo kamu gak balik sih sebaiknya jangan cari MBDC. Oke?



Sumber : malesbanget.com
Read more ...
Template ini dipublikasikan Oleh 09Blogspot - Semua Ada Disini